Ponpes Ittihadul Ummah Ponorogo, Gelar Bedah Buku Jaringan Ulama Diponegoro
23/10/2021KOMPASNUSANTARA, PONOROGO – Buku Jaringan Ulama Diponegoro, buku yang mengisahkan kelahiran Sumpah Pemuda yang tidaklah lahir begitu saja. Ikhtiar perjuangan untuk bersatu melawan penjajahan telah di rintis 100 tahun sebelumnya. Ya, perang Jawa yang di pimpin oleh Diponegoro melawan kolonialisme VOC pada tahun 1825-1930 adalah potret kolaborasi anak bangsa.
Para ulama dan kaum santri, rakyat kebanyakan, para ksataria dari berbagai sudut pulau Jawa bergabung dalam sebuah misi mulia merdeka. Meski pada akhirnya 1830 Diponegoro ditangkap, tapi eks laskar menyebar di seantero negeri.
Laskar santri yang terdiri dari ulama dan para santri menyebar ke seluruh Jawa dan bagian lain Nusantara. Berpindah-pindah. Disetiap tempat inilah rintis strategi ‘perlawanan’ berbeda. Dibangun Masjid, dirintis aktifitas ngaji dimana eks laskar Diponegoro tampil sebagai kiai, dan memberikan pengajaran agama dan ilmu lainnya kepada santri dari masyarakat setempat.
Tumbuhlah pesantren di seantero negeri. Beberapa diantaranya tumbuh berkembang menjadi pesantren besar yang menjadi ‘konservatorium nasionalisme Indonesia’, melahirkan para ulama dan tokoh pejuang kemerdekaan 100 tahun sesudahnya.
Anak cucu, penerus sanad perjuangan Diponegoro tersebut, yang pertama tama menggelorakan dan menyambut Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang di serukan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asyari. Suatu resolusi untuk berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Mereka ada anak cucu dan santri eks laskar Diponegoro yang telah berdiaspora 100 tahun sebelumnya. Masa boleh berganti, tapi perjuangan kaum santri adalah bukti kecintaan yang tak pernah luntur pada negerinya.
Buku Jaringan Ulama Diponegoro memetakan secara jelas, Diaspora para ulama pejuang di berbagai sudut negeri. Silahkan ikuti bedah bukunya di aula Ponpes Ittihadul Ummah Jarakan Ponorogo, Sabtu, 23 Oktober 2021 jam 14.45 – 17.30 bersama penulisnya Zainul Milal Bizawie, penulis buku Jaringan Diponegoro asal Kajen yang kini bermukim di Jakarta. Gus Milal adalah juga penulis buku Mega bestseller lainnya yakni Syeikh Mutammakin, Perlawanan Kultural Agama Rakyat, Masterpiece Islam Nusantara dan beberapa buku lainnya. (*)