Fadli Zon Sebut MRMP Jadi Ekosistem Budaya dan Ekonomi Baru Ponorogo

KOMPAS™, PONOROGO – Kunjungi Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) Ponorogo, Menteri Kebudayaan (Menbud) Republik Indonesia, Fadli Zon mengapresiasi terobosan budaya besar oleh Bupati Ponorogo yang akan membangun ekosistem ekonomi dan budaya baru Ponorogo. Senin, (11/8).
Menurutnya monumen setinggi 126 meter ini menjadi ikon penting, tak hanya bagi Ponorogo, tetapi juga dunia. Usai dipasangnya panel kepala burung merak, ia merasakan tina dilantai teratas, mengatakan pembangunannya akan segera rampung.
“Ini merupakan satu monumen yang luar biasa besar, tingginya 126 meter,” ujarnya.
Lebih lanjut Fadli Zon, berharap kita semua, kementerian, lembaga, pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, masyarakat, bisa menghidupkan tempat ini menjadi ekosistem budaya, kantong budaya yang akan hidup dinamis, termasuk menghidupkan perekonomian budaya di sekitar museum.
“Saya kira ini menjadi ikon yang penting tidak hanya bagi Ponorogo tapi juga bagi dunia,” tegasnya.
Fadli juga memberi apresiasi khusus kepada Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko atas inisiatif membangun monumen megah ini. Ia menilai langkah ini menjadi terobosan budaya besar, apalagi Reog Ponorogo sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia.
Ia menambahkan, monumen ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain untuk berani membuat terobosan demi kemajuan kebudayaan.
“Ini menjadi gotong royong semua pihak. Kalau sudah jadi semua, akan tumbuh menjadi wilayah yang banyak didatangi masyarakat luar Ponorogo maupun internasional yang ingin melihat Reog,” imbuhnya.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan, pemasangan kepala burung merak di puncak monumen menjadi penanda selesainya struktur utama bangunan.
“Bersama-sama last puzzle yang ditandai dengan pemasangan kepala burung merak di Monumen Reog Ponorogo barusan selesai, sekarang pengencangan di atas,” ujarnya.
Ia menyebut acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh, mulai dari Menteri Kebudayaan, Kepala Museum Indonesia, pejabat provinsi, hingga bupati dari daerah sekitar.
“Mau tidak mau kita harus berkolaborasi, untuk berpikir bersama-sama kota atau kabupaten yang kita sebut tadi menjadi episentrum wisata dan budaya,” tambahnya.
Sugiri menuturkan, tahap berikutnya adalah proses finishing dan pengaturan program di dalam museum.
“Tinggal finishing, kedua mengatur program, museum seperti apa, digitalisasi seperti apa, dinding-dinding gambar relief tentang reog, peradaban apa saja diceritakan di dinding, bermain dengan lighting, betapa eloknya kalau main waktu malam hari,” pungkasnya. (*)
