Kurangi Beban TPA, Satgas Penghijauan Ponorogo, Kelola Sampah Ditempat

Hari Prasetyo 27 Aug 2025 Pemerintahan
Kurangi Beban TPA, Satgas Penghijauan Ponorogo, Kelola Sampah Ditempat

KOMPAS™, PONOROGO – Satgas penghijauan Ponorogo, tidak hanya fokus dalam mengawal gerakan menanam pohon penghijauan, namun harus mampu berinovasi dalam memelihara penyimpanan air dan pengolahan sampah organik.

Salah satu inovasi Satgas penghijauan Ponorogo menggalakkan upaya menabung air melalui sistim biopori yang sekaligus berfungsi sebagai pengolah sampah organik.

“Sampah organik langsung dimasukkan ke biopori yang akan diurai oleh mikroorganisme dan cacing tanah,’’ kata Ketua Satgas Penghijauan Ponorogo Bambang Suhendro, ditukis Kompas™, Rabu (27/08)

Menurutnya, biopori menjadi solusi nyata dalam pengelolaan sampah organik yang jumlahnya mencapai 60–65 persen dari total sampah di Ponorogo. Dengan pengolahan sampah organik dari sumbernya, beban tempat pembuangan akhir (TPA) berkurang dan angkutan sampah menurun drastis.

‘’Adapun sampah anorganik bernilai ekonomis, seperti plastik, dapat dijual sehingga tercipta ekonomi sirkuler dari persampahan,” jelasnya.

Bahkan, Pringgitan (rumah dinas bupati Ponorogo) menjadi demonstrasi plot (demplot) pengolahan sampah organik dengan biopori. Bambang menyebut tiga biopori berukuran jumbo akan tersedia di Pringgitan.

Sampah organik nantinya langsung dimasukkan ke biopori maupun untuk pakan ternak, sedangkan sampah plastik dikelola untuk dijual.

“Harapannya, di Pringgitan tidak ada lagi sampah keluar yang membebani TPA,” ungkap Bambang mengutip arahan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko.

Ia menerangkan bakal disiapkan empat hingga enam biopori jumbo di Pasar Legi Ponorogo. Inu merujuk hasil survei Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro (Perdagkum) Ponorogo, pasar tradisional terbesar tersebut 8,4 meter kubik sampah organik setiap hari. Sampah organik itu akan langsung dikelola di tempat.

“Nantinya juga dilakukan survei di pasar-pasar lain yang menghasilkan sampah organik paling banyak. Jumlah pembuatan biopori disesuaikan dengan volume sampah yang dihasilkan,” terangnya.

Demplot biopori sudah dilakukan di RSUD dr Harjono Ponorogo sejak awal Agustus lalu. Bambang merinci beragam manfaat biopori mulai menambah cadangan air tanah, mengurangi risiko banjir, hingga menjadi media komposting alami. Pihaknya mengharapkan masyarakat ikut menerapkan pengolahan sampah organik dengan metode biopori.

‘’Sehingga masyarakat tidak hanya melihat, tapi juga membuktikan manfaatnya,” ujar Bambang.

Tidak hanya soal sampah, Satgas Penghijauan juga ikut mengurai persoalan genangan air di sekitar Pendopo Agung meski hujan turun tidak terlalu deras. Bersama Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Kawasan Permukiman (DPUPKP) Ponorogo, disiapkan solusi teknis berupa pengaspalan di area cekungan serta optimalisasi saluran pembuangan ke sungai.

“Dengan langkah-langkah ini, Ponorogo diharapkan tidak hanya hijau karena pohon-pohon baru, tetapi juga bersih dan berdaya karena sampah selesai dikelola di sumbernya serta cadangan air tanah tetap terjaga,” pungkasnya. (*).

Sumber: Pemkab Ponorogo

This will close in 0 seconds