Petani Trenggalek Terancam Puso, Akibat Hama Wereng

Hary Dekik 05 Aug 2025 Pertanian
Petani Trenggalek Terancam Puso, Akibat Hama Wereng

KOMPAS™, TRENGGALEK – Sejumlah petani di Trenggalek mengaku kewalahan mengendalikan serangan hama wereng pada tanaman padi. Tiga hari sekali petani harus menyemprotkan pestisida dengan biaya ratusan ribu rupiah.
Sururi, salah seorang petani di Desa Baruharjo, Kecamatan Durenan, Trenggalek mengaku serangan hama wereng cokelat tajun ini cukup masif. Bahkan hampir seluruh area pertanian di desanya terdampak.

“Ini termasuk yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir. Kondisinya ya seperti ini, padi banyak yang menguning dan mati,” kata Sururi, Senin (4/8/2025).

Meski demikian ia masih berusaha menyelamatkan tanaman padinya agar bisa dipanen. Tiga hari sekali Sururi harus menyemprotkan pestisida ke seluruh area padinya agar serengan wereng terkendali.

Proses itu tidak serta merta langsung berhasil, terkadang obat yang diberikan justru tidak mempan sehingga wereng masih bertahan di batang dan daun padi.

“Ini sudah berbagai obat saya coba, mulai yang murah sampai yang mahal, puluhan ribu sampai ratusan ribu. Tapi ya itu kadang mati, tapi besok sudah muncul lagi, makanya harus rutin disemprot, kalau enggak ya pasti gagal panen,” ujarnya seperti dilansir detik Jatim

Wereng atau Nilaparvata lugens Stal ini cukup membuat pusing petani. Sururi mengaku 50 persen tanaman padi miliknya dipastikan gagal panen. Kondisi tersebut membuat para petani merugi.

“Karena ongkos produksinya tinggi. Bayangkan tiap tiga hari harus menyemprot pestisida. Tapi ya mau bagaimana lagi, kalau nggak begini nggak panen,” imbuhnya.

Pantauan detikjatim sejumlah petak padi di sekitar sawah milik Sururi kondisinya lenih parah. Seluruh tanaman padinya telah menguning dan mati. Pemilik sawah tampak pasrah dan membiarkan tanaman habis diserang wereng.

Kaur Pelayanan Pemerintah Desa Baruharjo Hariyani, mengatakan serangan wereng di desanya telah menyebar di 20-25 haktare lahan. Kondisinya 50 persen di antaranya telah puso atau gagal panen.

“Yang gagal panen antara 7-10 haktare. Ini memang cukup parah,” kata Hari.

Untuk mengendalikan wereng tersebut pihaknya telah membuat gerakan penyemprotan pestisida secara serentak serta mengelontorkan bantuan obat dari dinas pertanian.

“Tapi hasilnya ya belum maksimal,” ujarnya.

Keluhan serupa juga disampaikan petani asal Desa Panggungsari Umtingah. Tanaman padi miliknya terkena serangan wereng cukup parah.

“Sama dengan yang lain, tiga hari sekali harus disemprot pestisida. Sekali semprot ya minimal habis Rp 200 ribu,” jelasnya.

Menurutnya kondisi tersebut memaksa petani harus mengeluarkan ongkos lebih. Padahal proses pengolahan lahan hingga tanam telah menghabiskan uang jutaan rupiah.

“Lahan saya luasnya 200 ru, biaya yang dikeluarkan ya sudah banyak, untuk bajak, benih, tanam, perbaikan pematang, pupuk. Belum lagi makan pekerja,” ujarnya.

Jika kondisi bagus lahan seluas 200 ru akan menghasilkan gabah antara 1,6 hingga 2 ton. Namun, kondisi saat ini pihaknya mengaku pesimistis akan mendapatkan panen yang melimpah.

“Sekarang harga gabah bagus, tapi kalau panennya seperti ini ya sama saja,” jelasnya.

Umtingah mengaku sebelum serangan hama wereng, pada musim tanam sebelumnya area persawahan miliknya sempat terendam banjir. “Akhirnya harus tanam dua kali. Sekarang malah kena wereng,” imbuhnya. (*)

This will close in 0 seconds