Menarik, Konsep Terpadu Kawasan Stadion Batoro Katong Ponorogo

KOMPAS™, PONOROGO – Konsep pengembangan komplek Stadion Batoro Katong Ponorogo dan fasilitas publik lain disekitarnya menjadi kawasan terpadu yang terintegrasi menjadi wacana pembangunan kedepan.
Konsep penataan terpadu area ini akan menggabungkan fungsi olahraga, budaya, dan pariwisata seperti Kawasan Senayan di Jakarta
Judha Slamet Sarwo Edi, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo menyebut nilai lebih Stadion Batoro Katong yang lokasinya berdekatan dengan gedung olahraga (GOR), kolam renang, gedung kesenian, gedung bulu tangkis, hutan kota, dan Ponorogo Creative Hub menjadi potensi strategis yang perlu dikembangkan untuk memunculkan ikon baru Ponorogo.
“Potensi lokasi strategis stadion seperti ini jarang dimiliki daerah lain,” katanya, Senin (21/7).
Menurutnya, pengelolaan terintegrasi antara fasilitas olahraga, budaya, dan pariwisata akan memunculkan ikon baru bagi Ponorogo. Disbudparpora sudah mengajukan konsep pengembangan kawasan terpadu di sekitar Stadion Batoro Katong ke Pemerintah Pusat melalui anggota Komisi V DPR-RI Ali Mufthi.
“Konsep kawasan terintegrasi ini tidak hanya dari sisi olahraga, tetapi juga penguatan ekonomi kreatif dan ketersediaan ruang publik,” terangnya.
Ia juga menyebut penataan kawasan itu akan berlangsung secara bertahap. Targetnya adalah Stadion Batoro Katong dan fasilitas pendukung di sekitarnya akan menjadi ruang publik yang multifungsi. Pemanfaatannya tidak hanya untuk pertandingan olahraga, melainkan juga aktivitas seni, budaya, dan rekreasi masyarakat.
“Kami sudah menyiapkan proposal lengkap, termasuk penataan kawasan luar stadion yang dikengkapi gerai olahraga dan kafe. Mumpung ada perhatian dari pemerintah pusat, ini saat yang tepat untuk mengusulkan,” ungkapnya.
Disbudparpora Ponorogo mengajukan anggaran sekitar Rp15 miliar untuk tahap awal. Jika disetujui, pembangunan kawasan ini diharapkan mampu meningkatkan daya tarik sekaligus memberikan fasilitas ruang publik yang lebih representatif. (*)
ekoran
