Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, 5 Meninggal, 4 Teridentifikasi

Hari Prasetyo 02 Oct 2025 Peristiwa
Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, 5 Meninggal, 4 Teridentifikasi

KOMPAS™, INDONESIA – Tim SAR gabungan terus bergerak untuk menyelamatkan korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

Dilansir dari keterangan resmi BNPB, data sementara yang dimutakhirkan per Rabu (1/10) pukul 23.00 WIB, ada sebanyak 59 orang masih terjebak di dalam reruntuhan bangunan.

Angka tersebut diperoleh dari daftar absensi yang dirilis oleh pihak pondok pesantren, termasuk dari laporan kehilangan pihak keluarga korban. Tim penyelamat berpacu dengan golden time yang disebut idealnya berada di 72 jam.

Golden time adalah istilah yang menjadi prosedur wajib untuk penyelamatan korban bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, dan tsunami.

Istilah ini mewakili kondisi orang atau korban bencana yang hanya memiliki waktu bertahan selama 3 hari tanpa makan dan minum di tengah situasi seperti terjepit reruntuhan.

Batas waktu tiga hari itulah yang harus dimaksimalkan dengan tindakan pencarian dan penyelamatan yang cepat dan terukur demi menyelamatkan nyawa para korban bencana.

Tim SAR terus mengoptimalkan evakuasi demi mengejar golden time 72 jam atau 3 hari sejak kejadian agar korban yang masih hidup bisa diselamatkan.

Peristiwa ini terjadi Senin (29/9) sore sekitar pukul 15.00 WIB, maka golden time yang tersisa tinggal hingga Kamis (2/10) sore pukul 15.00 WIB.

Dalam kondisi ini, penggunaan alat berat berpotensi menambah risiko semakin tinggi. Sebab, struktur bangunan yang runtuh sangat labil terhadap guncangan. Apabila dipaksakan, dikhawatirkan justru mengancam nyawa.

Selanjutnya, apabila tidak lagi ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan, maka BNPB bersama Basarnas dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, akan mengajak keluarga korban untuk kembali bermusyawarah dan memohon kesediaan dari segala keadaan yang ada. Adapun harapannya, babak baru dalam operasi SAR menggunakan alat berat dapat segera dilaksanakan guna mengangkat seluruh korban dengan berbagai kondisi.

Kepala Basarnas Mohammad Syafii meminta masyarakat dan pihak-pihak di luar tim SAR gabungan untuk mengosongkan area reruntuhan bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, guna menjaga konsentrasi dan efektivitas operasi penyelamatan.

“Bukan berarti kami tidak ingin masyarakat atau media melihat langsung, tetapi karena kami sedang menggunakan teknologi pendeteksi korban hidup, maka area harus clear agar alat dapat bekerja optimal,” katanya.

Syafii menjelaskan bahwa penanganan operasi SAR dilakukan dengan metode khusus, karena struktur bangunan runtuh berbentuk “pancake collapse”, yakni tumpukan material beton yang saling menindih.

Basarnas selaku kepala operasi mengerahkan 379 personel dari 65 instansi yang tergabung dalam operasi SAR gabungan.

Untuk mendeteksi korban, Basarnas menggunakan peralatan modern, seperti drone thermal, detektor suhu tubuh, dan sistem pencarian berbasis teknologi.

Namun, ia mengakui kondisi lapangan sangat menantang. Struktur bangunan yang rapuh, getaran kecil, dan galian sempit selebar 60 sentimeter menjadi kendala utama. Selain itu, reruntuhan berasal dari fondasi lama yang berpotensi longsor saat digali.

“Lalu, kalau terlalu banyak orang di lokasi, alat-alat ini tidak bisa bekerja dengan baik,” ujarnya.

Syafii menegaskan operasi pencarian dan penyelamatan masih berfokus pada mengejar golden time 72 jam, periode krusial untuk menyelamatkan korban dalam kondisi hidup.

Korban meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi lima orang. Empat orang di antaranya sudah bisa diidentifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur.

Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Jatim, AKBP dr Adam Bimantoro, menyampaikan bahwa dari lima jenazah yang diterima, empat di antaranya telah dapat diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga. Sedangkan satu jenazah lainnya masih dalam proses pencocokan data.

“Identifikasi terhadap empat jenazah berhasil kami lakukan. Tiga di antaranya sudah kami serahkan kepada pihak keluarga kemarin. Satu jenazah lagi baru kami terima sore tadi, dan sudah bisa kami identifikasi. Satu sisanya masih dalam proses,” ujar dr Adam, dilansir detikJatim, Kamis (2/10/2025).

Berikut identitas empat korban meninggal yang diidentifikasi:

  1. Maulana Alfan Ibrahimavic (13), laki-laki, warga Kalianyar Kulon 9/5 RT 04 RW 07, Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantian Surabaya.
  2. Muhammad Masudulat (14), laki-laki, warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya.
  3. Muhammad Soleh (22), laki-laki, warga Jalan Madura, Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
  4. Rafi Catur Okta Mulya Pamungkas (17), laki-laki, warga Jalan Putat Jaya Sekolahan 2/42 RT 010 RW 003, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya.

Dr Adam menekankan pentingnya akurasi dalam proses identifikasi, meskipun memerlukan waktu lebih lama. Oleh karena itu, dia memohon waktu kepada para keluarga korban. (*)