Ponorogo Status Siaga Dini Cuaca Ekstrem

KOMPAS™, PONOROGO – Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang mendapatkan peringatan dini cuaca ekstrem oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda. Di mana pada periode 18 hingga 27 Mei 2025, yang masuk musim pancaroba, berpotensi terjadi cuaca ekstrem di wilayah Jawa Timur.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo menjadikan peringatan dini dari BMKG Juanda itu, sebagai sinyal penting untuk bersiaga lebih dini dalam menghadapi cuaca yang diperkirakan ekstrem tersebut.
Masun, Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo mengungkapkan bahwa pihaknya langsung menindaklanjuti prakiraan cuaca dari BMKG tersebut, dengan mengambil langkah-langkah kewaspadaan di tingkat lokal.
Menurutnya, peringatan tentang hujan lebat, angin kencang, hingga potensi puting beliung bukan hanya data statistik belaka. Tetapi potensi nyata yang bisa menimbulkan bencana hidrometeorologi
“Ini bukan peringatan biasa, daerah lereng pegunungan di Ponorogo mempunyai sejarah bencana saat cuaca ekstrem. Maka, kami nyatakan status siaga dini,” kata Masun, Senin (20/5/2025) dikutip dari Berita Jatim
Langkah awal BPBD Ponorogo pun menghimbau masyarakat untuk lebih waspada. Terlebih lagi untuk masyarakat yang berada di 8 kecamatan yang dikategorikan rawan tanah longsor. Yakni Kecamatan Ngebel, Pudak, Sooko, Pulung, Sawoo, Sambit, Ngrayun, dan Slahung. Wilayah-wilayah ini memiliki kontur tanah labil. Sehingga mudah runtuh ketika diguyur hujan deras berdurasi panjang.
“Beberapa hari lalu, kami sudah alami sendiri. Longsor menimpa rumah-rumah di Jrakah, Sambit, dan Desa Ngebel. Itu terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut selama berjam-jam,” ungkapnya
Peringatan cuaca ekstrem oleh BPBD tidak hanya berhenti pada himbauan langsung dan surat edaran, namun tim reaksi cepat disiagakan, relawan lokal dikonsolidasikan, dan komunikasi dengan pemerintah desa diperkuat. Setiap laporan hujan deras langsung direspons dengan patroli dan pemantauan lapangan.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat. Dia pun mengimbau warga di kawasan rawan longsor untuk tidak menunggu evakuasi, jika hujan berlangsung lama dan tanda-tanda pergerakan tanah mulai muncul.
“Kesiapsiagaan bukan hanya tugas pemerintah. Warga juga harus peka terhadap tanda-tanda alam dalam cuaca ektrem yang diperkirakan akan terjadi di Ponorogo. Lebih baik mengungsi lebih awal daripada terlambat,” pungkas Masun, Kalaksa BPBD Ponorogo. (*)