Masuk Hari Pertama SR Ponorogo, Dipenuhi Suasana Haru

Hary Dekik 01 Aug 2025 Pendidikan
Masuk Hari Pertama SR Ponorogo, Dipenuhi Suasana Haru

KOMPAS™, PONOROGO – Masuk kategori 1B, Sekolah Rakyat (SR) Ponorogo memulai hari pertama tahun ajaaran 2025/2026 pada Jumat (01/08), Sebanyak 119 pelajar jenjang SD, SMP, dan SMA langsung menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) selama dua minggu penuh bersamaan keharusan menghuni asrama.

Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 5 Kabupaten Ponorogo, Devitri Candrawati menjelaskan bahwa durasi MPLS lebih lama dari sekolah reguler karena menyesuaikan kebutuhan peserta didik yang akan tinggal di asrama. Selama MPLS, mereka mulai dikenalkan ruangan dan kamar yang akan dihuni.

“Kegiatan dua minggu ke depan masih fokus MPLS karena mereka membutuhkan pendekatan dan stimulus yang sangat intens. Kami berusaha mendekati dan mengambil hati siswa-siswi agar secara pelahan terbiasa dan merasa nyaman tinggal di Sekolah Rakyat,” ujar Devitri saat ditemui usai pembukaan MPLS dilansir Ponorogo.go.id.

Proses adaptasi tidak hanya dirasakan oleh para siswa SR. Namun, para orang tua juga perlu beradaptasi karena harus tinggal terpisah dengan anak-anaknya. Ketika berpamitan pada hari pertama masuk asrama, tangisan pecah dari kedua pihak. Karena itu, pengelola sekolah menjadwalkan kunjungan khusus bagi wali murid.

Jadwal kunjungan untuk pelajar jenjang SMP dan SMA di SR setiap hari Minggu pukul 13.00 hingga pukul 17.00. Sedangkan pelajar SD boleh dikunjungi setiap hari mulai pukul 13.30 hingga pukul 16.00 dengan mempertimbangkan usia mereka yang masih anak-anak.

“Pada hari libur nasional, siswa tidak diperbolehkan pulang tapi orang tuanya tetap boleh menjenguk. Hanya pada Hari Raya Keagamaan mereka dibolehkan pulang ke rumah,” terangnya.

Untuk mengawal aktivitas di asrama, SR Ponorogo menugaskan 12 orang wali asuh yang masing-masing bertanggung jawab mendampingi 10 siswa secara personal. Selain itu, terdapat 1 wali asrama yang berperan sebagai pengelola keseharian siswa di lingkungan asrama dengan fokus pada kedisiplinan, jadwal kegiatan, dan ketertiban.

Dalam SK Bupati Ponorogo yang diterbitkan pada pertengahan Juli lalu terdapat 25 siswa SD (1 kelas), 50 siswa SMP (2 kelas), dan 50 siswa SMA (2 kelas) di SR. Namun, ada pengurangan enam peserta didik (empat dari jenjang SMP dan dua jenjang SD) karena orang tuanya belum siap melepas hidup mandiri di asrama. Ia menjelaskan bahwa kekosongan itu masih dapat diisi di tengah tahun ajaran.

“Sehingga tetap memungkinkan mencapai kuota maksimal 125 siswa. Bisa diisi oleh siswa baru meskipun sudah di tengah-tengah tahun ajaran ,” jelasnya.

Menurut dia, SR menerapkan learning system management (LSM) dalam proses pembelajaran. Yakni, pendekatan yang memungkinkan siswa dalam satu rombel menyelesaikan pembelajaran sesuai dengan level kemampuan masing-masing.

“Untuk itu, para tenaga pendidik dan wali asuh sudah kami bekali pelatihan agar siap menghadapi perbedaan kemampuan belajar antar siswa,” ungkapapnya.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Ponorogo, Bambang Suhendro memberikan semangat dan dorongan kepada para orang tua yang anak-anaknya belajar di Sekolah Rakyat. Butuh proses adaptasi ketika harus melepas anak-anak tinggal di asrama.

“Selalu doakan anak-anak, semoga mereka nanti ada yang menjadi pengusaha, guru, dokter, bahkan pemimpin. Bacakan Al-Fatihah untuk anak-anak panjenengan, semoga mereka kelak dicatat sejarah sebagai generasi yang memimpin bangsa ini. Percayakan pendidikan mereka di Sekolah Rakyat,” tuturnya.

Terpisah, Nardi, salah seorang wali murid, merasa bersyukur karena anaknya masuk SR. Driver ojek online itu berharap guru, wali asrama, dan wali asuh mendampingi anak-anak dengan sepenuh hati.

“Terima kasih kepada pemerintah karena anak saya mendapatkan pendidikan yang layak,” ujar Nardi yang anaknya bersekolah di jenjang SMP itu. (*)

This will close in 0 seconds