Peran Arsitek, Bisa Menekan Biaya dan Hemat Waktu

KOMPAS™, TRENGGALEK – Pentingnya peran arsitek dalam perencanaan pembangunan minim digunakan, anggapan masyarakat akan mahalnya jasa arsitek adalah pemahaman yang kurang benar. Afrandi Karsanifan (32), seorang arsitek asal Trenggalek membuka paradigma baru.
Pria lulusan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang bergelar Arsitek pada tahun 2025 ini juga sudah bersertifikasi dan memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA). Ia satu-satunya arsitek profesional di Kabupaten Trenggalek.
Menurutnya, banyak orang menganggap bahwa memakai jasa arsitek dalam perencanaan pembangunan itu mahal, dan ia mengaku bahwa memberikan paradigma baru untuk masyarakat tentang itu menjadi tantangan terbesarnya.
Padahal memakai jasa arsitek akan jauh lebih murah, karena apabila memakai jasa arsitek bisa mengetahui budget, jenis material baik yang murah atau yang mahal, dan tepat digunakan.
“Lebih dari itu, dengan pembangunan terencana secara matang, revisi dalam proses pembangunan bisa ditekan seminimal mungkin, sehingga biaya lebih hemat, waktu lebih cepat,” jelasnya.
Apalagi Trenggalek paling cocok sebenarnya bangunan sederhana. Trenggalek punya industri batu bata, industri genteng, pengolahan batu kali dan lainnya. Dengan rencana dan rancangan yang tepat, material yang sederhana tersebut bisa dimaksimalkan menjadi bangunan ataupun rumah yang fungsional dan estetis.
“Memaksimalkan potensi lokal. Jangan material-material yang pabrikan, sehingga bisa sama-sama berkontribusi untuk industri Trenggalek,” jelasnya.
Lebih besar lagi, Andi berharap Arsitek lokal Trenggalek mampu mengambil peran dalam pembangunan dan pengambilan kebijakan di Trenggalek.
“Mimpi ke depan saya banyak arsitek-arsitek profesional di Trenggalek bisa menginisiasi satu komunitas yang akhirnya bisa membantu kemajuan Trenggalek mulai dari tata kota, problem solving, ataupun lainnya,” pungkasnya
Selama ini, Dia mengatakan upaya mengkampanyekan paradigma baru ini, ia menerima pekerjaan gratis untuk desain masjid, pondok pesantren, rumah tahfidz, sekolah dan bangunan sosial lainnya.
“Ya hitung-hitung, sebagai bentuk dedikasi sosial kepada masyarakat, serta mengamalkan ilmunya untuk pengabdian diri sesuai kode etik arsitek,” katanya.
Lebih lanjut Ia mengatakan ada kebahagiaan tersendiri bisa turut andil dalam pembangunan masjid ataupun bangunan sosial lainnya.
Disinggung soale awalnya tertarik pada arsitek, ia mengaku bahwa terinspirasi BJ Habibie, dan itu muncul sejak Sekolah Dasar (SD), “Ya akhirnya tanpa ragu memilih jurusan Arsitektur,” pungkasnya. (*)
Ekoran KOMPAS™ https://kompasnusantara.co.id/ekoran/
