Bandangan Ngawi Antara Tradisi Lokal dan Wisata Alternatif

Bandangan Ngawi Antara Tradisi Lokal dan Wisata Alternatif

KOMPAS™, NGAWI – Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono menyebut, Bandangan atau balapan motor trail (gasstrack) dengan membawa gabah dengan track di hamparan sawah bekas panen di Dusun Krawut, Desa Mangunharjo, Ngawi, Minggu (20/7), bukan sekadar lomba, melainkan bentuk kearifan lokal yang mengakar di masyarakat.

Seperti dilansir Radar, balapan ini berbeda dari balapan biasanya, dalam lomba balap trail ini peserta harus menggeber motor sembari membawa karung gabah di bagian depan. Aksi ini menyedot perhatian ratusan peserta dan warga dari berbagai daerah.

“Bandangan bukan sekadar lomba, melainkan bentuk kearifan lokal yang mengakar,” ungkap Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono.

Menurutnya tradisi ini berangkat dari kebiasaan petani mengangkut hasil panen dengan sepeda motor.

“Sekarang jadi bagian dari budaya yang menyatukan serta menarik animo dari masyarakat,’’ ujarnya.

Ajang Bandangan kali ini bertepatan dengan kabar baik bagi petani, bahwa pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen dari Rp 6.500 menjadi Rp 7.200 per kilogram.

“Harga naik, panen bagus. Petani semakin sejahtera,’’ katanya.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa bandangan bukan sekadar hiburan, namun dinilai berpotensi menjadi atraksi dan bisa menjadi wisata tahunan.

Kombinasi antara olahraga ekstrem, kreativitas warga, dan nuansa agraris menjadi kekuatan tradisi lokal tersendiri.

’’Dengan dukungan Pemerintah Desa (Pemdes) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi serta masyarakat, lomba ini bisa jadi atraksi yang membanggakan,’’ pungkasnya. (*)

ekoran

This will close in 0 seconds